Perawakannya sedang, kulitnya sawo matang, murah senyum dan
ramah kepada siapapun. Itulah kesan pertama yang tergambar dari seorang guru
muda Ahsinun Nikmah, yang biasa di panggil Ahsin. Usianya 23 tahun, berprofesi
sebagai guru swasta di sekolah dasar dibawah persyarikatan Muhammadiyah Kota
Semarang, dengan misi dakwah di bidang sosial & pendidikan. Adalah SD
Muhammadiyah 16 yang berdiri dan melayani masyarakat kebanyakan, yang berlokasi
di tengah perkampungan padat penduduk jl.Tegalsari Perbalan, Wonotingal, Kec.
Candisari, Kota Semarang.
Profesi guru sudah dia cita-citakan sejak dia masih belajar
di bangku SD. Namun jauh sebelum itu dirinya terlahir dari orang tua yang
berprofesi guru. Darah guru yang mengalir di tubuhnya berasal dari ayahnya yang
pada masanya juga merangkap kepala sekolah. SD Muh 16, adalah sekolah tempat
ayahnya mengajar, yang tidak lain adalah tempat dia belajar dulu, dan mengajar
sekarang. Baginya banyak kenangan masa kecil yang bisa dihadirkan setiap
kesempatan di berbagai sudut sekolah tersebut.
Profesi guru bagi Ahsin adalah sebuah panggilan jiwa, yang
didasari kewajiban sebagai seorang muslim, yaitu melaksanakan amar ma’ruf nahi
mungkar, menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran. Di sekolah itulah tempat
yang paling tepat bagi penyaluran ide-ide kreatifnya. Juga tempat dirinya
mengasah kemampuan dirinya menghadapi semua tantangan hidup yang semakin
beragam.
Ahsin mengajar sebagai guru kelas, bahasa Inggris, ketrampilan, pramuka dan juga sebagai asisten kepala sekolah untuk semua urusan administrasi perkantoran dan kegiatan di luar sekolah. Kesibukan itu dia emban dengan rasa senang, selain mewujudkan pengabdiannya terhadap sekolah yang telah mendidiknya. Kepala sekolah SD Muh. 16, Nur Fuadah, mempercayakan banyak tugas kepadanya karena ingin memberikan kesempatan menyalurkan potensi bagus pada diri Ahsin. Agar kreatifitasnya bermanfaat maksimal untuk sekolah. Berbagai prestasi telah diraih sejak Ahsin mengajar di sekolah itu, diantaranya :
Pesta Siaga 2017 : Juara pertama Indra Penglihatan.
Jambore Ranting 2018 : Juara kedua Pertendaan.
Cerdas Cermat Jentik-jentik 2019 : , juara ketiga
Mengajar bagi Ahsin adalah sebuah tantangan, diantara
puluhan anak didiknya, ada yang penurut dan tidak sedikit juga yang bermasalah.
Dia harus memahami karakter anak, mengetahui latar belakangnya, baru diberikan
solusi dengan perlakuan yang tepat. Dilakukan dengan kasih sayang ditambah
kesabaran yang cukup dan selalu belajar. Itulah kiat-kiat mengajarnya untuk
menjadikan semua pekerjaan berat jadi menyenangkan, “karena dalam setiap
kesulitan pasti ada kemudahan dan hikmahnya” kata Ahsin.
Salah satu peristiwa yang membuat terharu sang kepala
sekolah, ketika beberapa waktu yang lalu Ahsin mengikuti seleksi dan lulus
sebagai calon pegawai non ASN. Dirinya memberikan kebebasan kepada semua guru
sekolah untuk mengikuti seleksi ASN maupun non ASN, karena menyadari hal itu
menjadi hak setiap guru swasta untuk meniti karir yang lebih baik. Namun betapa kagetnya ketika dua orang
gurunya tercantum lolos test non ASN, salah satunya adalah Ahsin.
Bagaikan disambar petir di siang bolong, kepala sekolah
segera mengambil tindakan di saat hari pemberkasan non ASN tersebut. Dua orang
guru muda dan potensial tidak hadir di sekolah, dia harus menyusun ulang semua
rencana kegiatan yang telah berjalan, rapat darurat pun di gelar siang itu.
Berbagai kemungkinan dengan bayangan resikonya berkecamuk dalam pikiran sang
kepala sekolah. Saat itulah dirinya benar-benar merasa kehilangan seorang
asisten dan guru yang banyak membantu menyukseskan setiap kegiatan sekolah,
dirinya mendadak kerdil.
Sang kepala menunggu rapat dimulai dengan memikul
kegundahan, dirinya memandang setiap guru yang masuk ruangan dengan harapan
yang tidak menentu. Meski semua guru sudah hadir, tidak seorangpun dari mereka
yang mampu mencairkan suasana. Dengan suara berat kepala sekolah tetap memulai
rapat darurat hari itu. Rapat sudah berjalan beberapa waktu, ketika tiba-tiba
terdengar salam kehadiran seorang yang tidak diharapkan. Betapa kagetnya semua
orang ternyata yang hadir adalah Ahsin. Ya benar Ahsin memilih hadir di ruang
rapat sekolah daripada memenuhi pemberkasan calon pegawai non ASN.
Pengorbanan diri Ahsin untuk tidak mengikuti pemberkasan
calon pegawai non ASN karena dirinya lebih mencintai sekolah Muhammadiyah
tempatnya mengajar. Kedatangan Ahsin menjadikan seluruh isi ruangan tiba-tiba
berubah penuh isak tangis keharuan, dan sekaligus menggagalkan rapat yang
sedang digelar, kedatangannya sudah cukup menjawab semua permasalahan yang dipikul
sekolah tersebut.
Ketika ditanyakan tentang peran lembaga amil zakat terhadap dunia pendidikan, Ahsin memandang penting, karena lembaga amil adalah wadah penyalur bagi para dermawan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Di bidang pendidikan sangat perlu didukung dana ZIS, karena pendidikan merupakan pilar terpenting maju tidaknya suatu negara. Masih banyak sekolah, siswa, bahkan gurunya sekalipun membutuhkan bantuan. Diperlukan guru yang luar biasa untuk mengajar di sekolah yang biasa-biasa. Karakter pantang menyerah harus ditumbuhkan dalam menghadapi segala keterbatasan, dan uang bukanlah segalanya. Komitmen itulah yang telah dibuktikan dengan tindakan seorang guru, Ahsinun Nikmah .(Cak.San)