Oleh : Kiki Mei Pertiwi, S.Akun. (Staf Divisi Keuangan Lazismu Jawa Tengah)
LAZISMUJATENG.ORG, SEMARANG – Kiai Haji Abdul Rozaq Fachruddin (Pak AR) merupakan salah satu pemimpin besar Muhammadiyah. Beliau lahir di Yogyakarta, 14 Februari 1916 dan wafat di Yogaykarta, 17 Maret 1995. Beliau lahir di tengah keluarga sederhana dari sepasang suami istri yang bernama KH Fakhruddin yang berprofesi sebagai seorang penghulu di Pakualaman dan ibunya bernama Nyai Hajjah binti KH Idris merupakan keturunan Raden Pakualaman.
Pak AR sudah belajar ilmu agama sedari kecil dimulai dari keluarganya dan meneruskan menimba ilmu ke berbagai kiai terkemuka pada waktu itu. Pada tahun 1923, untuk pertama kalinya Pak A.R. Fachruddin bersekolah formal di Standaard School Muhammadiyah Bausasran, Yogyakarta. Namun, tak berapa lama kemudian dia diminta kembali ke desanya oleh ayahnya setelah usaha batik ayahnya mengalami kebangkrutan. Pada tahun 1925, A.R. Fachruddin kembali meninggalkan desanya dan bersekolah di Standaard School (Sekolah Dasar) Muhammadiyah Kotagede, Yogyakarta. Adapun masa remajanya pernah dilewati sebagai santri di Pondok Tremas, Pacitan.
Berkat tempaan orang tua dan lingkungan terdekat, Pak AR Fachruddin mengawali kariernya dengan menjadi guru. Sejak usia 18 tahun, dia telah ditunjuk untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama sesuai dengan kecakapannya saat itu. Sempat pula Pak AR Fachruddin merantau ke Palembang dengan kapasitas ilmu yang dimilikinya sebagai guru utusan Muhammadiyah Pusat. Sepuluh tahun lamanya di sana, dia dapat mendirikan Madrasah Wustha Mu’allimin Muhammadiyah.
Kala usia Pak AR Fachruddin menginjak 29 tahun beliau diterima sebagai PNS di Departemen Agama dan Pak Amir Mahmud yang menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri menyatakan bahwa semua PNS wajib mengkuti oraganisasi KORPRI. Sehingga banyak PNS yang awalnya aktif di organisasi Muhammadiyah menjadi tidak aktif. Hal ini sangat berdampak dengan perkembangan organisasi Muhammadiyah terutama di lingkup-lingkup kecil. Namun Pak AR tidak serta merta diam begitu saja, Beliau masih mengehndaki bahwa tidak apa mereka tidak bisa aktif dalam organisasi Muhammadiyah, namun mereka tetap bisa mengikuti kajian-kajian Muhammadiyah dan hal tersebut disetujui oleh Pak Amir Mahmud.
Banyak keteladanan yang dapat diambil dari sikap dan perilaku Pak AR Fachruddin diantaranya ialah sikap rendah hati dan kesederhanaan. Beliau bukanlah pemimpin yang memiliki harta yang banyak, rumah mewah yang megah, atau investasi duniawi diberbagai perusahaan. Beliau ialah pribadi yang sederhana, bahkan untuk tempat tinggal yang Beliau diami ialah rumah wakaf Muhammadiyah yang dia gunakan sampai akhir hayatnya.
Selain menjabat sebagai Pimpinan Muhammadiyah, Beliau tidak malu untuk berbisnis bensin eceran dan melayani pembelinya secara sendiri. Tidak banyak para pemimpin yang mau meladeni pembelinya dengan tenaganya sendiri. Pak AR juga bukan pribadi yang mengharuskan anaknya mengikuti jejak Beliau untuk aktif berkiprah di Muhammadiyah. Semua diperkenan berjalan sesuai apa yang mereka inginkan.
Ketika muncul persoalan asas tunggal, usaha Pak AR dalam memberikan pemahaman kepada para anggota Muhammadiyah ialah dengan menyampaikan bahwa Pancasila bagaikan helm yang harus kita kenakan saat akan berhadapan dengan aturan negara. Karena kita hidup di negara yang menjunjung tinggi demokrasi dan Pancasila.
Namun apabila kita sudah dirumah masing-masing maka tetap ajaran tauhid yang harus kita utamakan. Memberikan pemahaman akan Pancasila bukanlah sutau hal yang mudah, karena pada dasarkan selalu ada tim setuju dan tim kontra. Munculnya ketetapan Pancasila sebagai dasar Indonesia menimbulkan perbedatan-perdebatan dikalangan para anggota sehingga Mukhtamar yang seharusnya dilakukan pada tahun 1981 diundur hingga tahun 1985 didukung dengan adanya Pemulu dan pelantikan Presiden Indonesia.
Pak AR bukan hanya berperan penting bagi Muhammadiyah, namun Pak AR juga memiliki peran saat akan diadakannya Pemilu khususnya area pemilihan Yogyakarta. Pada saat itu banyak masyarakat yang ingin menjadi Golongan Putih. Kemudian, Pak AR berinisiatif untuk menulis Surat Terbuka di koran Kedaulatan Rakyat yang berisi untuk mendorong masyarakat golongan PPP dan PDI untuk tetap menyuarakan pilihannya sebagai bukti pertanggungajwbannya kepada Allah Swt dan perjuangan para patriot yang telah gugur.
Dan usaha Pak AR pun berdampak signifikan dan pemilu berhasil diselenggarakan dengan optimal. Namun Pak AR tidak pernah menyombongkan kemampuannya mengumpulkan dan mempengaruhi massa. Beliau tetap memilih menjadi pribadi yang jujur dan sederhana. Bahkan saat Beliau ditunjuk untuk menjadi Menteri beliau menolaknya dikarenakan menjadi Pemimpin Muhammadiyah lebih menyenangkan.