logo

Parenting Ala Pak AR

Oleh : Husnul Khotimah, S.Psi (Manajer Sumber Daya Amil Lazismu Jawa Tengah)

LAZISMUJATENG.ORG, SEMARANG – Siapa itu Pak AR – Kiai Haji Abdul Rozaq Fachrudin atau dikenal dengan panggilan Pak AR merupakan salah satu pemimpin besar yang lahir dari Muhammadiyah. Lahir pada 14 Februari 1916 dan wafat pada 17 Maret 1995, putra ketujuh dari sebelas bersaudara. Putra dari Kiai Haji Fachruddin dan Nyai Siti Maemudah binti KH. Idris Pakualaman. Pak AR menikahi seorang wanita bernama Siti Qomariyah dan dikaruniai tujuh orang putra dan putri.

Pemimpin terlama – Pak AR merupakan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang memiliki waktu terlama dalam memimpin di Muhammadiyah yaitu selama 22 tahun dari tahun 1968 sampai dengan 1990. Beliau dapat memimpin dengan waktu selama ini tak lain karena memiliki kharisma yang kuat berangkat dari kejujuran, kesederhanaan dan keikhlasannya dalam mengemban amanah yang dibebankan kepada Beliau.

Parenting – Parenting atau biasa dikenal dengan pola asuh dalam mengasuh seorang anak. Selain merupakan seorang pemimpin yang hebat di Muhammadiyah, Pak AR juga merupakan seorang figur pemimpin dalam keluarga atau seorang ayah. Menjadi seorang pemimpin ummat tak menjadi alasan untuk tidak memiliki waktu untuk keluarga bagi Pak AR. Dalam buku “Pak AR SANTRI DESA YANG MEMIMPIN MUHAMMADIYAH” ini ada satu chapter yang menarik bagi saya, dimana merupakan elemen penting dalam membangun keluarga terlebih sudah memiliki putra dan putri. Mungkin tidak mesti menjadi sebuah panduan baku dalam mendidik seorang anak karena setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda dan hanya masing-masing orang tua yang memahami cara terbaiknya untuk mengasuh anak mereka. Akan tetapi, hal ini bisa menjadi pengetahuan dan sebagai gambaran bagaimana salah satu contoh baik dalam mendidik seorang anak.

Parenting ala Pak AR – Ada beberapa poin yang tercantum dari buku tersebut, dimana berdasarkan cerita dan pengalaman yang dirasakan oleh putra – putri Pak AR, berikut poin – poin mendidik anak ala Pak AR yaitu :

  1. Pak AR lebih banyak memberikan contoh daripada hanya memerintah melakukan sesuatu. Misalnya, soal ibadah keseharian Pak AR melakukan secara teratur.

Memberikan contoh seperti ini merupakan hal yang penting, karena dalam tumbuh kembang seorang anak orang tua merupakan role model dalam belajar dan memahami perilaku keseharian, anak akan mencontoh apa yang sering dilakukan orang tuanya. Seperti gaya bicara, berpakaian, tentunya dalam berperilaku. Sehingga sebagai orang tua mestilah memberi contoh yang baik, dan anak cenderung berperilaku dari apa yang mereka amati bukan apa yang mereka dengarkan.

  • Tidak pernah marah dan berusaha mengendalikan marah.

Marah bukan menjadi solusi, bagi seorang anak dimarahi terkadang dianggap sebagai bentuk tak kasih sayang dari orang tua. Pak AR menjelaskan apabila seorang anak melakukan suatu kesalahan, hal yang harus dilakukan adalah menjelaskan bukan memarahi. Anak sebaiknya diberitahu tentang kesalahan yang ia perbuat dan diberitahu bagaimana seharusnya yang dilakukan sehingga tidak terjadi kesalahan yang sama. Sering dimarahi juga tidak baik untuk psikologis anak terlebih jika dengan dibentak-bentak, hanya akan meninggalkan kenangan yang tidak baik dan bisa timbul sikap yang tidak baik pada anak.

  • Pak AR berpesan agar banyak membaca buku dan mencari ilmu dari berbagai referensi.

Pak AR tidak pernah memaksa anaknya untuk menjadi santri dari pesantren. Ada anak yang diarahkan ke kiai pesantren, tapi sebagian besar dididik sendiri dengan diajari lebih pada perilaku keteladanan perbuatan.

  • Pak AR mengajarkan dan mencontohkan pentingnya bersedekah.

Menurut Pak AR, bersedekah adalah amalan yang baik yang bisa mengantarkan manusia selamat dunia dan akhirat. “Kita itu harus banyak bersedekah. Kita gunakan harta benda secukupnya saja, sisanya untuk bersedekah, membantu fakir miskin, anak yatim dan perjuangan agama. Itu semua hanya untuk bekal setelah mati kelak,” cerita salah satu putra Pak AR. Selain mengajarkan pentingnya bersedekah, dari sini kita juga bisa belajar bahwa dalam menggunakan harta secukupnya saja atau sesuai kebutuhan, bukan untuk berfoya-foya dan memenuhi keinginan saja tanpa kita menyisihkan harta kita untuk orang-orang yang membutuhkan diluaran sana.

Keempat poin diatas semoga bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua, bagaimana kita berperilaku disitulah juga bagaimana kita akan dipandang oleh orang lain. Tidak hanya untuk mendidik seorang anak, dari empat poin diatas juga bisa dijadikan bagaimana sebaiknya kita bersikap untuk diri kita sendiri. Sekiranya memberikan manfaat dari tulisan ini.

lazismu Jawa Tengah putih

Lokasi Kantor

© 2024 Lazismu Jawa Tengah I Powered by MPI PWM Jateng