May 08 2023
Oleh : Luluk Surya, S.Akun. ( Staf Divisi Sumber Daya Amil Lazismu Jawa Tengah)
LAZISMUHATENG.ORG, SEMARANG – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah dimana salah satu organisasi terbesar di Indonesia lahir, yaitu Muhammadiyah. Organisasi lahir pada tanggal 18 November 1912 yang diprakarsai oleh KH. Ahmad Dahlan. KH. Ahmad Dahlan membangun organisasi Muhammadiyah dengan cara Islam modern dan melahirkan kader-kader terbaik, salah satunya adalah KH. Abdul Rozaq Fachrudin.
KH. Abdul Rozaq atau yang akrab dipanggil Pak AR merupakan santri pribumi yang berhasil memimpin Muhammadiyah Pusat pada tahun 1968-1990. Lamanya masa jabatan beliau bukan karena ambisi beliau dalam organisasi, melainkan karena jamaah Muhammadiyah menyukai kinerjanya. Kepemimpinan Pak AR di Muhammadiyah begitu dikagumi karena memiliki kepribadian yang jujur dan sederhana. Putra ke-7 dari 11 bersaudara pasangan KH. Fachruddin dan Nyai Siti Maemunah ini lahir di Clangap, Purwangan, Pakualaman, Yogyakarta pada tanggal 14 Februari 1916. Pak AR adalah anak yang pandai dan berbakti kepada orang tua. Pada tahun 1927, Pak AR menjuarai lomba pidato antar sekolah se-Yogyakarta. Setelah lulus SD, tepatnya kelas 2 SMP Pak AR tidak melanjutkan pendidikan formalnya atas permintaan ayahandanya untuk belajar ilmu agama kepada KH. Abdullah Rosad dan KH. Abu Amar yang berada satu desa dengan keluarganya. Sesekali Pak AR juga mengaji kepada ayahandanya sendiri yang lulusan dari pondok ternama, yaitu Pondok Pesantren Termas, Pacitan, Jawa Timur.
Kitab yang dipelajari Pak AR meliputi Matan Takrib, Syarah Takrib, Qatrul Ghaits, Jurumiyah dan lain-lain dengan metode sorogan. Kesehariannya itu dilakukan hingga pada tahun 1932. Pak AR melanjutkan pendidikan di Sekolah Guru Darul Ulum Muhammadiyah, Sewugalur, Kulonprogo selama 3 tahun selanjutnya masuk Tabligh School Muhammadiyah selama 1 tahun untuk belajar jadi mubaligh. Hal ini semua Pak AR lakukan menjadi bukti nyata bahwa Beliau adalah seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Selain itu, Pak AR juga mendedikasikan dirinya untuk senantiasa belajar ilmu agama hingga akhir hayatnya.
Pak AR berjuang di Muhammadiyah bukan semata-mata untuk mencari jabatan atau kehidupan dalam organisasi, melainkan Pak AR mengabdikan dirinya untuk perkembangan Muhammadiyah mulai dari tingkat Daerah, Wilayah hingga Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah. Pak AR menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah bukan karena mencalonkan pribadi, melainkan karena diamanahi oleh Pejabat Tinggi di Muhammadiyah seperti Buya Sutan Mansyur, Buya Hamka dll untuk menjadi ketua Umum PP Muhammadiyah selepas wafatnya ketua umum sebelumnya, yaitu KH. Faqih Usman karena sakit. Pak AR yang saat itu berusia 42 tahun resmi menjabat ketua umum PP Muhammadiyah Mukatamar di Yogyakarta pada tahun 1968. Kepemimpinan Pak AR sungguh luar biasa karena menjalankan amanat dengan kepribadian yang sederhana, jujur dan ikhlas.
Muhammadiyah dirancang oleh Pak AR untuk bisa memberi manfaat, memudahkan rakyat mulai dari bidang pendidikan, kesehatan hingga pemecahan masalah rakyat. Sehingga rakyat kecil yang kurang mampu dapat menimba pendidikan di sekolah-sekolah Muhammadiyah, orang-orang yang sakit dapat dengan mudah mendapatkan perawatan di RS Muhammadiyah. Intinya, Pak AR ingin memudahkan semua rakyat dan warga Muhammadiyah. Namun, di tengah kepimpinan Pak AR mendapatkan masalah besar pada zaman Orde Baru dimana Presiden Suharto menginginkan seluruh organisasi termasuk Muhammadiyah agar berpegang kepada asas tunggal yaitu Pancasila. Pak AR kurang setuju akan hal tersebut karena dirasa Muhammadiyah tidak berpegang kepada asas tunggal tersebut. Akhirnya, Pak AR melakukan lobby kepada Pak Harto untuk bernegosiasi tentang asas tunggal tersebut. Dengan alotnya negosiasi itu, akhirnya muncul kesepakatan bahwasanya asas tunggal Pancasila akan menjadi asas tunggal di Muhammadiyah istilahnya hanya sebatas seperti penggunaan helm yang dipakai agar tidak ketilang oleh polisi. Masa Orde Baru yang dipimpin oleh Pak Suharto yang begitu lama dikritik oleh Pak AR agar Pak Harto berkenan untuk tidak dipilih lagi dari jabatan presiden. Selain itu, dalam hal pemilu Pak AR juga mengirim surat untuk PPP dan PDI bahwasanya dalam kontensasi politik jangan golput.
Sosok Pak AR dalam memimpin Muhammadiyah mungkin bisa dikatakan terbaik sepanjang masa. Keberanian, kepedulian, ketegasan, kejujuran, kesederhanaan Beliau sungguh menjadi uswatun hanasah. Pak AR jarang dalam dakwah Islam yang berapi-api, beliau lebih suka menjadi suri tauladan seperti halnya yang dicontohkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Pak AR betul-betul menjalankan kehidupannya itu hanya semata-mata karena Allah SWT. Terbukti dengan dedikasinya untuk umat Muhammadiyah yang begitu besar sehingga tak jarang keluarganya sendiri menjadi korban karena kurangnya kehadiran sosok Pak AR di tengah-tengah rumah tangganya.
Selain berdakwah dan memimpin organisasi Muhammadiyah, Pak AR juga menjalin hubungan baik dengan berbagai kolega bahkan kepada non-Muslim. Namun, suatu Ketika ada permasalahan karena para pendeta Kristen dan Katholik menyebar agamanya secara kurang kesatria yaitu dengan cara membagikan materi kepada para jamaah untuk iming-iming masuk agamanya. Pak AR dengan sigap ambil sikap untuk mengirim surat laksana teguran tindakan yang kurang etis dalam beragama. Akhirnya, tokoh agama non-Muslim mengakui ada kesalahpahaman dan meminta maaf serta tidak mengulangi kejadian yang sama lagi.
Pak AR tidak selalu memikirkan tentang peribadatan saja, tapi juga memerhatikan bagaimana dalam berdakwah itu tidak membosankan. Pak AR juga memiliki jiwa seni yang tinggi dengan sesengiran nya yang begitu masyhur. Tidak hanya itu, Pak AR membuat trobosan seni sebagai media dakwah Muhammadiyah yaitu dengan pertunjukan kesenian ketoprak yang berisikan pesan-pesan keagamaan untuk memerangi isu-isu bid’ah, kurafat dll. Karena kesenian tersebut merupakan bagian dari kebudayaan kita. Tentu hal ini disampaikan secara baik-baik, memahamkan jamaah yang gagal paham dan membenarkan jamaah yang salah atau kebablasan dan berbudaya.
Tugas layaknya seorang pemimpin besar tentu ada resiko yang harus dihadapi. Begitu pula dengan Pak AR yang harus siap mengambil resiko kurangnya waktu untuk keluarganya. Pak AR berpesan kepada istrinya, Siti Qomariyah agar bisa menjadi Ibu rumah tangga yang baik dan menitipkan anak-anaknya selama Pak AR bertugas untuk Muhammadiyah. Hal ini bukan berarti Pak AR lepas tanggungjawab atas anak dan istrinya. Pak AR tetap memberikan nafkah dan mendidik anak-anaknya. Lagi-lagi, pendidikan yang Beliau tekankan dalam keluarga adalah pendidikan uswatun hasanah, menampilkan keseharian dengan akhlak yang mulia seperti halnya menjalankan perintah yang wajib dan mengerjakan perihal yang sunah dengan berpegang teguh kepada Quran dan Hadist. Pak AR juga menekankan kepada anak-anaknya agar senantiasa menuntut ilmu dan berkhusnudzon kepada guru hingga akhir hayat agar lebih terhormat dan lebih dekat dengan Allah SWT dengan kezuhudan.
Muhammadiyah layak menyandang organisasi terbesar karena peran besarnya untuk masyarakat begitu nyata salah satunya adalah karya tangan dari kader terbaik KH. Abdul Rozaq Fachrudin (Pak AR). Perilakunya menjadi contoh bagi kader-kader Muhammadiyah dan masyarakat pada umumnya seperti kesederhanaan, kejujuran dan keikhlasan dalam menjalani amanah dan hidup ini. Saksi nyata yang merasakan kebaikan seorang Pak AR adalah Amin Rais. Sekolah-sekolah, Rumah Sakit salah satu contoh hasil warisan Pak AR yang begitu nyata manfaatnya hingga sekarang dan yang akan datang. Hingga tiba wafatnya Pak AR pada tanggal 17 Maret 1995 pukul 08.00 wib di Rumah Sakit Islam Jakarta karena mengidap penyakit leukimia, vertigo dan darah tinggi. Mungkin hingga sekarang tidak akan pernah yang bisa menyamai Pak AR dalam memimpin Muhammadiyah karena Beliau begitu sederhana, jujur dan ikhlas dan menjalankan amanah dan kehidupan ini. Namun, setidaknya kita berdoa agar lahir generasi terbaik di Muhammadiyah laksana KH. Abdul Rozaq Fachrudin kedua, ketiga dan seterusnya untuk memimpin Muhammadiyah selanjutnya.
Untuk segala dedikasi Pak AR (KH. Abdul Rozaq Fachrudin) untuk Muhammadiyah dan masyarakat umum kami ucapkan terima kasih